1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bagaimana Pestisida Organik Membasmi Hama?

Stuart Braun
28 Maret 2024

Petani yang dulu mengandalkan bahan kimia beracun untuk mengusir hama kini mulai beralih ke pestisida alami berbasis tanaman. Produk organik tidak cuma melindungi tanah dan tanaman, tetapi juga keseimbangan ekosistem.

https://p.dw.com/p/4eBVy
Hama serangga
Hama seranggaFoto: Yasuyoshi Chiba/AFP

Sejak awal peradaban, manusia telah berjuang melindungi tanaman dari hama.

Di Persia kuno, insektisida alami bernama Pyrethrum, yang terbuat dari bunga Krisan kering, digunakan untuk melumpuhkan hama tanaman atau juga membunuh kutu rambut.

Namun pada awal abad ke-20, pertanian monokultur berskala besar semakin mengandalkan bahan kimia untuk memproduksi buah, sereal, dan sayuran seefisien mungkin. Salah satu bentuknya adalah pembasmi hama yang mengandung arsenik, belerang atau tembaga.

Pembuatan pestisida alami

Biopestisida dibuat dari tanaman seperti Pyrethrum, minyak atsiri dari pohon Mimba, atau jenis jamur yang kebal terhadap patogen. Pembasmi hama alami ini semakin populer di seluruh dunia, seiring dorongan kepada para petani untuk menghindari pestisida kimia.

Neem, pohon yang tumbuh di India, misalnya mengandung sejumlah limonoid, yang juga sering ditemukan pada tanaman jeruk dan terkenal sebagai insektisida ramah lingkungan, karena dapat mengusir serangga jika diaplikasikan dalam bentuk minyak esensial.

Pestisida alami bekerja efektif dalam mengendalikan populasi belalang agar tidak menjadi hama. Minyak atsiri yang terbuat dari rosemary juga terbukti ampuh melawan kutu daun. Serangga ini bisa menghambat dan merusak pertumbuhan beragam spesies sereal dan sayuran.

Transisi menuju pestisida alami tidak terbatas di negara industri maju. Hal ini dibuktikan seorang petani di Tamil Nadu, India selatan, yang menggunakan semprotan cairan dari urin sapi dan daun bawang yang ditanam secara lokal. Caranya itu tidak cuma ampuh menyuburkan tanaman, tapi juga menjamin kelangsungan pertanian organik.

Ubah Kebiasaan Bertani Menjadi Organik

Produk alami lawan resistensi kimia

Dalam sebuah penelitian pada bulan Desember lalu, sekelompok peneliti Australia menunjukkan bagaimana kutu daun telah mengembangkan kekebalan terhadap insektisida kimia. Riset tersebut mencatat fenomena serupa belakangan menjadi tren di seluruh dunia.

Untuk mematahkan resistensi kimia, peneliti merekomendasikan alternatif pengendalian hama dengan bahan organik, termasuk penggunaan "musuh alami” seperti kepik dan tawon parasitoid.

Sebuah bakteri baru yang berhasil meredam penularan penyakit oleh nyamuk adalah pilihan lain, menurut penelitian tersebut. Ketimbang mengandalkan pestisida kimia secara membabi buta, sektor pertanian diimbau untuk menggunakan solusi pengendalian hama yang spesifik secara regional.

Brasil, eksportir kedelai terbesar di dunia, mencatatkan kemajuan dalam pengembangan pestisida alami dengan jamur dan bakteri organik. Penerapan mikroorganisme alami terbukti ampuh dan memungkinkan tanaman kedelai tumbuh subur, selain melawan hama dan penyakit.

Negara Agraria Kenya Keluar dari Jerat Pestisida?

Brasil juga merupakan eksportir utama jagung dan kapas serta konsumen pestisida kimia nomor satu di dunia, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, FAO.

Namun, kendati konsumsi insektisida kimia terus meningkat, penjualan biopestisida di Brasil meningkat lebih dari dua kali lipat, dari pangsa pasar sebesar 4 persen pada tahun 2020 menjadi 9 persen pada tahun 2022.

Keunggulan biopestisida

Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat, EPA, pestisida mikroba yang terdiri dari mikroorganisme seperti bakteri atau jamur dapat mengendalikan berbagai macam hama.

Pestisida mikroba yang paling banyak digunakan adalah galur bakteri Bacillus thuringiensis, yang menghasilkan campuran protein dan mampu membunuh beberapa spesies larva serangga.

Biopestisida tidak beracun dibandingkan pestisida konvensional. Ia juga membatasi dampak negatif terhadap kelangsungan hidup satwa yang menjadi "hama dan organisme yang berkaitan,” tulis EPA.

Pertanian dinamis tuntut solusi lokal

Pestisida konvensional dapat mempengaruhi keseimbangan ekologis dan berpengaruh terhadap beragam organisme seperti burung, serangga, dan mamalia. Penggunaannya sangat masif dan berskala besar di sektor pertanian, terutama sejak digaungkannya revolusi pertanian.

Biopestisida sebaliknya akan bekerja lebih efektif dalam jumlah yang sangat kecil, tulis EPA. Selain itu, pestisida alami bisa terurai dengan cepat, sehingga mengurangi paparan terhadap tanah dan air, serta polusi dari limbah bahan kimia.

Tapi meski terbukti ampuh meningkatkan hasil panen, pestisida alami belum menjawab tantangan perubahan iklim dan pemanasan global yang mengubah dinamika antara tanaman dan periode kemunculan hama.

rzn/as