1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mungkinkah Melawan Hama Pertanian Tanpa Pestisida?

Karin Jäger
11 Februari 2020

Dari serangan hama belalang, hingga ke lenyapnya sejumlah serangga di Jerman. Sejumlah masalah pertanian muncul akibat perubahan iklim, tekanan produksi pangan dan salah kaprah di bidang pertanian.

https://p.dw.com/p/3XYvG
Brandenburg | Gelombang panas dan kekeringan di Jerman
Foto: picture-alliance/A. Franke

"Tanah kita sedang berada di bawah tekanan untuk melakukan produksi," demikian ujar Menteri Pertanian Federal Jerman Julia Klöckner dari partai CDU. Peringatan itu ia utarakan baru-baru ini ketika mempresentasikan strategi pertanian tahun 2035 di hadapan pemerintah federal.

"Pada tahun 1900 seorang petani hanya memberi makan sepuluh orang. Hari ini dia harus memproduksi makanan bagi 155 orang."

Dunia serangga juga ikut terpengaruh akibat tekanan ini. Atlas Dunia Serangga yang baru diterbitkan oleh Yayasan Heinrich Böll dan BUND (Federasi untuk Lingkungan dan Konservasi Alam) serta Daftar Merah terbitan Badan Federal untuk Konservasi Alam, BfN, tahun 2018 menggambarkan bahwa di lahan pertanian intensif dan monokultur, serangga, dan beberapa tanaman liar tidak lagi dapat menemukan habitat mereka.

Ketika para lebah merasa pusing

Sewaktu berhadapan dengan pestisida yang digunakan dalam industri pertanian guna meningkatkan produksi, serangga bisa pusing dan mengalami disorientasi.

Tahun 2014, sebuah penelitian oleh ahli neurobiologi dan peneliti lebah asal Berlin, Randolf Menzel, dengan menggunakan bahan kimia yang kini telah dilarang yaitu imidacloprid, clothianidin, dan thiacloprid menunjukkan bahwa insektisida dalam jumlah kecil dapat memengaruhi sistem saraf lebah. Mereka kemudian kehilangan orientasi.

Perusahaan farmasi asal Jerman yaitu Bayer mengatakan kepada DW bahwa penggunaan pestisida dengan bahan kimia sintetis kini semakin dibatasi. Hal ini karena adanya kerusakan ekologis seperti matinya para serangga dan meningkatnya perkembangan resistensi organisme berbahaya terhadap hama zat aktif pestisida, serta kian ketatnya persyaratan persetujuan.

"Inilah sebabnya mengapa solusi alternatif pertanian ekologis dan konvensional menjadi semakin penting untuk jaminan hasil dan kualitas," kata juru bicara Bayer Utz Klages.

Bayer sendiri belakangan ramai menjadi berita utama internasional karena produk bahan kimia RoundUp yang dibuat anak perusahaannya, Monsanto. Bayer mengatakan pihaknya mengutamakan fakta bahwa produk tersebut aman untuk organisme bermanfaat dan organisme lainnya dan hanya melakukan intervensi sejauh yang benar-benar diperlukan untuk memungkinkan pertanian produktif. 

Simbol Foto: Produk Monsanto, RoundUp
Produk kontroversial RoundUp yang dibuat oleh Monsanto.Foto: Getty Images/AFP/J. Edelson

Pertanian 4.0. upaya lindungi tanaman secara digital

Selain menggunakan pestisida untuk mengontrol hama dan gulma, sejumlah cara lain juga dikembangkan untuk bisa mempertahankan produktivitas pertanian, salah satunya ialah dengan cara pertanian digital.

Data terkait hama, penyakit, dan gulma akan diukur dalam sentimeter persegi. Dan jika tanaman membutuhkan bantuan, akan ditentukan waktu terbaik untuk menggunakan pestisida yang jumlahnya telah diatur.

Namun Susanne Smolka, ahli biologi dari Jejaring Aksi Pestisida, PAN, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan DW bahwa "penggunaan pestisida kimia-sintetis biasanya tidak terjadi karena satu faktor saja, tetapi karena adanya berbagai interaksi seperti pencegahan, penanaman varietas unggul dan upaya untuk menghindari penanaman di daerah yang tidak cocok."

Ralf Bloch dari Pusat Penelitian Lansekap Pertanian Leibniz atau ZALF dalam percakapan dengan DW mengatakan bahwa perlu solusi yang bersifat regional dan spesifik dalam pertanian. ZALF bertanggung jawab atas sejumlah proyek pertanian organik di seluruh dunia. "Tujuannya bukan lantas menciptakan lahan pertanian bebas gulma," jelas Bloch. "Gulma adalah bagian dari sistem ekologis dan penting."

Sebagai contoh di Iran, karyawan ZALF saat ini sedang mengembangkan sistem penanaman tiga tanaman untuk pakan domba dan kambing di kondisi tanah kering.

"Dengan menutupi tanah secara permanen, kami dapat mencegah erosi, menjaga kesuburan tanah, dan mendorong pembentukan embun. Jika terbuka, tanah akan lebih cepat mengering dan melepaskan komponen-komponen," jelas Ralf Bloch, yang secara erat mengkoordinasikan langkah ini dengan petani setempat. 

Solusi pertanian ramah lingkungan

Sementara itu, Dietrich Stephan dari Institut Julius Kühn meneliti jamur yang digunakan secara efektif dalam menghadapi serangga berbahaya. Ia mengaku juga memiliki pengalaman yang baik dengan penggunaan bakteri Bacillus thuringiensis (BT).

Bakteri ini menghasilkan sejenis protein yang dapat diserap oleh hama serangga dan menghancurkan dinding usus mereka. Tidak hanya sukses di dunia pertanian, BT juga telah digunakan dalam mengendalikan populasi nyamuk.

Sebagai bagian dari proyek penelitian, Stephan juga membantu mengembangkan proses yang menggunakan mikroorganisme untuk memerangi belalang padang pasir dan serangga lain bisa membuat kerusakan skala besar, yakni ulat grayak musim gugur.

Namun demikian Stephan mengakui bahwa perlindungan tanaman seperti ini belum begitu efektif dalam mengendalikan gulma. Stephan dan para peneliti lain masih terus mengembangkan upaya yang ramah lingkungan untuk mengendalikan hama dan gulma tanaman pangan.

Ed.: ae/pkp