1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Meta Ungkap Kampanye Spam 'Terbesar' di Dunia terkait Cina

30 Agustus 2023

Perusahaan induk Facebook mengatakan pihaknya membersihkan ribuan akun dari apa yang disebut kampanye "Spamouflage" yang terkait dengan penegakan hukum Cina.

https://p.dw.com/p/4VjQG
Logo Meta, perusahaan induk Facebook
Meta menyebut kampanye ini berlangsung masif dan ramai walau tidak efektifFoto: KIRILL KUDRYAVTSEV/AFP

Induk Facebook, Meta, mengatakan pada Selasa (29/08) bahwa pihaknya telah menutup kampanye yang disebut "Spamouflage” untuk secara diam-diam meningkatkan citra Cina di platformnya.

Meta mengatakan pihaknya menghapus sekitar 7.700 akun Facebook ditambah ratusan halaman, grup, dan akun Instagram lainnya yang mendorong narasi pro-Cina secara online.

Akun-akun tersebut biasanya memuji Cina dan kebijakannya di Xinjiang, serta mengkritik Amerika Serikat, kebijakan luar negeri Barat, dan individu yang kritis terhadap Beijing, termasuk jurnalis.

"Kami menilai ini adalah operasi pengaruh terselubung terbesar, meski tidak berhasil, dan paling produktif yang kami ketahui di dunia saat ini,” kata pemimpin intelijen ancaman global Meta, Ben Nimmo.

Bagaimana cara kerja "Spamouflage"?

Meta mengatakan apa yang disebut kampanye "Spamouflage" menargetkan Taiwan, Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jepang, dan khalayak global berbahasa Mandarin.

Kabarnya juga mencakup platform non-Meta seperti YouTube, Reddit, Quora, Medium dan Twitter, yang telah berganti nama menjadi X.

Nimmo mengatakan timnya "dapat menghubungkan Spamouflage dengan individu yang terkait dengan penegakan hukum Cina."

Meta yakin akun-akun tersebut sebagian besar dibeli dari operator spam komersial di negara lain, seperti Vietnam atau Bangladesh, dan digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan politik.

Nimmo menunjuk ke salah satu akun yang sebelumnya menerbitkan iklan pakaian dalam berbahasa Mandarin sebelum tiba-tiba beralih ke postingan berbahasa Inggris tentang kerusuhan di Kazakhstan.

Beberapa teknik yang digunakan dalam operasi Cina mirip dengan apa yang disebut "pabrik troll” Rusia.

Hal ini menunjukkan bahwa kedua operasi tersebut mungkin telah belajar satu sama lain, tambah Nimmo. Namun dia mengatakan operasi Cina sebagian besar tidak berhasil.

"Operasi ini besar dan berisik, namun mereka kesulitan menjangkau lebih jauh dari ruang gema palsunya,” kata Nimmo.

 rs/pkp (AFP, Reuters)